Esai Beasiswa Bazma Pertamina – Aku Bersama Mimpiku


Tema Esai : Inilah saya bagi keluarga dan kontribusi yang telah, sedang, serta akan saya berikan untuk Indonesia

“Bintang tak akan bersinar tanpa kegelapan.” Kutipan singkat berikut seolah menjadi motivasi saya untuk menjadi seperti bintang yang berusaha menjadi pelita, walaupun dalam pelik dan gelap pekatnya malam. Saya Amelia Effendy, lahir di Jakarta pada 23 Mei 2000. Saya hidup dengan mimpi-mimpi yang saya bangun dengan apik sejak kecil. Sebagai anak ketiga dalam keluarga, tentunya saya termotivasi untuk dapat lebih baik dari kedua kakak saya, besar harapan menjadi kebanggan orang tua dan keluarga.

Walaupun, mimpi saya menjadi seorang guru dan bergelut dalam dunia sastra kerap dipandang sebelah mata. Namun, hal tersebut tak membuat mimpi saya lekas gugur, kejadian itu menjadi cambuk bagi saya, perlahan dapat  saya buktikan bahwa kebahagiaan tak hanya bisa diraih dengan limpahan materi. Melainkan dengan minat dan bakat saya dalam dunia sastra, bahasa, literasi, dan pendidikan saya mampu meraih berbagai prestasi.

Bagi keluarga saya yang sederhana, mungkin saya bukanlah anak ataupun adik yang selalu menuruti kemauan orang tua, juga tak selalu berada di rumah saat jam makan malam tiba. Bukan bermaksud durhaka ataupun hal buruk serupa. Saya berusaha mengisi waktu-waktu luang saya untuk meningkatkan kualitas diri dengan melakukan berbagai kegiatan positif, belajar bekerja, dan merealisasikan mimpi-mimpi saya untuk membanggakan keluarga. Sesampainya di rumah, saya membantu sebagian pekerjaan rumah dan menghadirkan canda dan tawa sebagai penghangat dari rumah yang terasa begitu dingin.

Disetiap malam, saya selalu memikirkan berbagai cara untuk tidak menjadi beban bagi orang tua, sebab hadirnya berbagai masalah yang tak mungkin dengan gamblang saya tuliskan dalam esai ini. Renungan saya tak kunjung menemui titik temu. Saya tidak dapat memaksakan diri saya untuk fokus mengumpulkan pundi-pundi rupiah, karena saya tidak dapat membohongi diri saya yang lebih suka menjalani berbagai kegiatan sosial.

Dengan menjalani berbagai kegiatan sosial yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat Indonesia adalah hal yang paling membahagiakan dalam hidup saya. Tentunya saya ingin mewujudkan salah satu cita-cita bangsa Indonesia, yaitu “mencerdaskan kehidupan bangsa” . untuk merealisasikan cita-cita itu saya memutuskan untuk menempuh pendidikan S1 di Universitas Negeri Jakarta dengan program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Saya ingin mengabdikan diri saya untuk menjadi guru di bumi pertiwi.

Saya amat mencintai Indonesia dengan segala kekayaan budaya terlebih bahasa. Indonesia memiliki 700an bahasa dari berbagai daerah yang tetap lestari, namun dapat disatukan dengan bahasa Indonesia. Saya pun jatuh cinta dengan berbagai karya sastra Indonesia, untuk melindungi, mengembangkan, dan melestarikan kekayaan Indonesia yang saya cintai, saya berusaha berkotribusi secara aktif meluangkan sedikit ilmu yang saya punya untuk membuat perubahan-perubahan kecil bagi Indonesia.

Dahulu, saat saya masih duduk di bangku SMA saya mengamati lingkungan teman-teman saya yang bertindak kebarat-baratan dan menganggap Indonesia kurang kekinian. Hal ini, membangkitkan semangat saya untuk menerbitkan dua buah buku karya sastra. Dengan terbitnya buku sastra yang saya tulis, membuat banyak siswa penasaran dan berbondong-bondong membaca tulisan saya, hingga akhirnya bermuara pada diskusi buku-buku yang ditulis oleh penulis Indonesia. Sastra Indonesia yang mulanya dianggap kuno dan tak menyenangkan, sebagian dari mereka jadi tertarik untuk membaca karya sastra Indonesia yang tak kalah menarik dari penulis-penulis luar negeri.

Hal yang telah saya lakukan lainnya untuk Indonesia adalah, saya membuat suatu kontes foto dengan tema “Aku berada di mana? Asing di negeri sendiri”. Saya memutuskan untuk mengadakan kontes ini berawal dari keresahan saya, sebab terdapat banyak sekali nama bangunan, gedung, jalan, pemukiman, dan lain sebagainya diberi nama asing, hal ini tentu melanggar Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 . Dengan bertujuan untuk mengedukasi masyarakat, saya mengajak mereka untuk berfoto di depan bangunan yang bertuliskan bahasa asing.

Selain itu, hal yang telah saya lakukan, dan masih saya lakukan hingga saat ini adalah setiap hari senin saya kerap membuat dan membagikan konten-konten Edukasi Bahasa Indonesia yang saya juluki “EBI”, dilengkapi dengan animasi untuk menarik teman-teman saya di media sosial untuk belajar bahasa Indonesia bersama. Hal ini saya lakukan, sebab masyarakat Indonesia menganggap bahasa Indonesia itu membosankan dan karena bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa sehari-hari, masyarakat menganggap sudah menguasai bahasa Indonesia. Saya mengangkat konten-konten ringan seperti kata baku dan tidak baku, padanan istilah, dan mengenalkan kata yang jarang digunakan. Edukasi Bahasa Indonesia ini telah diikuti oleh ratusan orang disetiap hari senin.

Saat ini saya juga membuat program bernama “Melirik Arah”, yaitu akronim dari Melindungi dan Melestarikan Bahasa Daerah. Menurut berbagai data yang telah saya baca, generasi muda menjadi faktor dari punahnya bahasa daerah. Oleh karena itu, saya membuat program ini untuk meningkatkan perhatian generasi muda untuk kembali melestarikan bahasa daerah, saya mengajak anak bangsa dari Sabang sampai Merauke untuk mengikuti program Melirik Arah yang dijalankan di media sosial Instagram. Kedepannya, saya akan mengajukan bantuan terhadap pemerintah melalui Badan Bahasa untuk mengembangkan pogram Melirik Arah. Sebab, bahasa adalah aset kekayaan bangsa, yang perlu dijaga kelestariannya.

Tak hanya dari sisi bahasa, sejak bulan Agustus 2018 saya dinobatkan menjadi Wakil II None Buku Jakarta Barat dalam ajang Pemilihan Abang dan None Buku Jakarta Barat tahun 2018. Hati saya tergerak untuk mengikuti ajang ini sebab Indonesia menjadi negara kedua dengan minat baca terendah di dunia. Dengan latar belakang pendidikan yang saya tempuh, tentunya saya tidak akan tinggal diam. Saat ini, saya bersama Abang dan None Buku lainnya, setiap minggu melaksanakan berbagai kegiatan untuk meningkatkan literasi bagi masyarakat Indonesia. Hal ini saya lakukan dengan sungguh-sungguh untuk membangun Indonesia, sebab literasi adalah akar peradaban sebuah bangsa.

Kedepannya, saya tidak akan berhenti untuk Indonesia. Masih banyak mimpi-mimpi saya lainnya untuk mewujudkan cita-cita bangsa, selain ingin mengabdi sebagai guru untuk Indonesia. Saya ingin masyarakat Indonesia bangga akan identitasnya sebagai Warga Negara Indonesia yang kemerdekaan bangsa ini diraih dengan darah dan kerja keras para pejuang terdahulu. Saya ingin membuat masyarakat Indonesia mampu mengutamakan bahasa Indonesia dan menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional. Saya pun telah merencanakan sebuah program untuk mewujudkan cita-cita ini, yang saya sebut “Jurnal Beta”, yaitu akronim dari Mewujudkan Internasionalisasi Bahasa Indonesia dengan Mengutamakannya. Kali ini, saya akan menggandeng mahasiswa ataupun pelajar Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di luar negeri.

Saya Amelia Effendy, dengan kesederhanaan dan keterbatasan yang saya miliki, tak akan pernah berhenti mewujudkan mimpi-mimpi saya untuk Indonesia.

Esai ini saya persembahkan untuk Beasiswa Baituzakkah Pertamina, Beasiswa Bazma Pertamina

Hormat saya,

Amelia Effendy

Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia
Fakuktas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Jakarta

Komentar